Short Talks with Female Ambassadors

Ola, Buddies!
Beberapa hari ini kami di Kementerian Luar Negeri (KEMLU) sibuk dengan Konperensi Asia Afrika (KAA). Peristiwaw sejarah yang bernilai bagi Indonesia. :D Apa buktinya? KAA termasuk salah satu peristiwa yang dimasukkan dalam pelajaran dasar di Indonesia. Temen- temen semua pasti inget kan..pernah dapat pelajaran tentang KAA. Bahagia sekali bisa menambah teman dari seluruh dunia, serta mengawali tugas sebagai bagian dari KEMLU.

Salah satu hal yang paling menggembirakan saya ketika bekerja adalah saat saya bertemu dengan para duta besar perempuan. Saya melihat diri saya di masa depan. Cita-cita yang ingin saya jalani. Menjadi seorang perempuan yang mandiri, powerful. Cita-cita apapun itu baik, yang terpenting adalah ketika kita, para perempuan bisa menjalani apa yang kita inginkan dalam hidup. Ingin jadi ibu rumah tangga? Be it..! Ingin jadi chef? Be it...! Saya sendiri masih ingin berkeluarga :)

Para duta besar perempuan memiliki kisahnya sendiri. Kisah inspiratif pertama berasal dari Duta Besar Mexico untuk Indonesia, Madam Ambassador Melba Pria. Ketika pertama kali bertemu, saya segan sekali pada beliau. Sosoknya tinggi, very handsome lady. Beliau mengecek saya dan delegasi saya yang waktu itu akan berangkat ke Mexico. Beliau memberikan courtesy call, Kami berlima di dudukkan di ruang meeting, diminta memperkenalkan diri, dan menceritakan latar belakang kami. Tidak lama, perbincangan berakhir, kami diberikan sebuah pin bendera Indonesia dan Mexico, lalu kami berfoto bersama.

Waktu itu adalah perjumpaan pertama saya dengan seorang Ambassador, dan sebuah aha momen di mana saya menemukan cita-cita saya. Dari kecil hingga lulus kuliah, saya belum memiliki cita-cita pasti. Cita-cita sebagai diplomat sebenarnya sudah terngiang di fikiran saya sedari bangku sma, namun sempat tergantung karena jurusan saya semasa kuliah adalah komunikasi, Public Relations, sehingga sempat untuk berfikir untuk meninggalkan impian itu. 
Pertemuan dengan Madam Ambassador Melba merupakan titik awal semua perjalanan mengagumkan yang saya jalani. 

Tiga tahun berselang, setelah perjalanan panjang, akhirnya saya diterima di KEMLU dan mendapatkan jalan untuk meraih impian yang lebih tinggi lagi. Dalam hati saya ingin bertemu dengan Ambassador Melba lagi, hanya saja tidak terpikirkan bagaimana caranya, karena divisi tempat saya bekerja tidak berhubungan langsung dengan negara Mexico. Saya ingin menceritakan betapa beliau menginspirasi saya dan ingin meminta nasihat dari Beliau.

Kalau jodoh, tidak kemana. Sore itu, Tuhan mempertemukan kami kembali. Di depan lift lobby kemlu saya melihat sosok beliau. Spontan saya dekati, saya berikan salam dan saya menanyakan apakah beliau masih ingat saya. Ternyata Beliau ingat. 

Di awal karir saya, ternyata masa tugas Beliau di Indonesia berakhir. Kata Madam Ambassador Melba, "I m leaving, let's take a selfie...let me hold the camera. My arms is longer than yours!". Beliau memeluk saya, lalu mengucapkan selamat tinggal. Seiring berjalan menuju gerbang, beliau bilang, "No matter what comes to you, do not quit. You are in the right way. You guys are doing great!"

Saya memandang punggung Ambassador Melba yang berjalan pergi dalam dress hitamnya. 



Ambassador negara asing lain yang saya temui adalah Madam Ambassador Enna dari Cuba. Beliau menceritakan kesulitannya sebagai seorang Ambassador dari negara yang terkena sanksi ekonomi dari Amerika dan hingga saat ini, kedutaannya mengalami kesulitasn dikarenakan tidak dapat membuka akun bank. Akun bank tersebut untuk mengirimkan uang untuk membiayai kedutaan mereka. Bahkan ada 6 juta warga Cuba yang bekerja di Amerika, namun hingga saat ini, Cuba belum dapat mendirikan kedutaannya di Amerika. 

Ambassador Enna juga berbagi bagaimana beliau harus meninggalkan anak-anaknya di Cuba. Tidak mudah, tapi itu bagian dari kehidupan, kata Beliau.  Saat ini, di parlemen Cuba, setidaknya 40% adalah wanita dan wanita di CUBA yang menganut paham kiri, memberikan kesempatan pada wanita untuk berkarir setinggi-tingginya di pemerintahan.



















Ambassador terakhir untuk postingan kali ini adalah Madam Ambassador Losi Tutu dari Afrika Selatan. 
Beliau mengajarkan pada saya beberapa pengucapan sulit dalam bahasa Afrika. Contohnya nama depan beliau adalah Nonceba. Cara membaca huruf "ce" nya memiliki bunyi kecap yang tidak ada dalam bahasa Indonesia. Sangat menarik. 

Di Afrika, kuota khusus sebanyak 40% diberikan pada perempuan untuk posisi PIMPINAN. Perempuan tidak hanya berpartisipasi, namun sungguh-sunggu diberikan kesempatan untuk memimpin. Terlepas dari perdebatan afirmative actions, mari kita lihat dari sudut pandang yang lebih positif. Dunia telah berubah dan wanita kini diberikan kesempatan untuk menjalani apa yang mereka inginkan. 
Feminisme bukan berarti wanita harus seperti laki-laki. Feminisme bagi saya adalah menciptakan dunia yang lebih ramah terhadap perempuan, maupun laki-laki. Bahwa wanita bisa mengejar impiannya, dan laki-laki pun juga hidup berdampingan tanpa dihakimi ketika ia menjalankan peran-peran yang selama ini dianggap peran domestik.

Postingan kali ini cukup panjang...semoga bermanfaat. Apakah kamu sudah menggenggam impianmu?

Selamat Malam...
xoxo




Komentar

  1. Semangat ya Mba, you can do it! sebagai seorang Koleris, kamu bisa cepet menggapai cita2 dan karir kok, walopun bakal membuat banyak musuh dalam perjalanannya,hahahahahahaha....Ganbatte!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lols...I did not see this comment... my apology...aku ga tau koleris atau apalah itu namanya gimana ngeliatnya...ajarin aku dong... ^^ I m not looking for enemy...hhehehe...

      Hapus
  2. lols...Bamby...ga lah... bukan musuh...They love us the most. batas antara rindu dan benci kan tipis... haters gonna hate.hate..hate...I m just gonna shake...shake...shake it off...shake it off...kwkwkwkwkw.... just dont keep toxic people in our heart. :D

    BalasHapus

Posting Komentar