Awal Kehidupan Sebagai Seorang Diplomat

Halo, apa kabar semua?
Sudah beberapa waktu berlalu setelah post terakhir di Bulan Agustus dan isinya mengenai UNAOC (United Nations Alliance of Civilizations) di Bali.

Ternyata UNAOC adalah awal sebuah pintu yang terbuka bagi saya dan salah seorang kawan yang saat itu ikut berpartisi pasi, Niwa Rahmad Dwitama. 

Di UNAOC saya bertemu kawan-kawan dari Kementerian Luar Negeri yang semakin mengokohkan niatan saya untuk mendaftar sebagai Diplomat di bulan September. Kalau tidak salah 9 September. Keinginan menjadi diplomat sudah ada sejak SMA, karena ketika pemilihan jurusan, saya bingung harus memilih apa. Nah...guru BK pada saat itu memberitahukan profesi seorang diplomat dapat diambil lewat jurusan bahasa asing. Dari situlah "Diplomat" selalu terngiang di pikiran saya.

Prosesnya panjang, menguras waktu, tenaga dan kantong tentunya. 2988 orang yang mendaftar, 80 yang mencapai garis akhir. The best of the best, creme de la creme, itulah yang selalu dikatakan pada kami. Segala usaha yang dilakukan di bangku kuliah akhirnya membuahkan hasil. Dari belajar bahasa Inggris, ikut lomba debat, mendapat kesempatan ikut di G20, sampai bertemu Ban Ki Moon di UNAOC pun akhirnya membawa saya pada cita-cita yang dulunya saya anggap hanya mimpi, karena dulu saya belum bisa menabung untuk ongkos ke Jakarta. Bahkan saat pendaftaran kali ini pun saya dibantu banyak pihak, ada mama angkat saya, Ika Gilbert; menginap di rumah tante Indra yang sangat meringankan ongkos hotel, Om Tiong yang membantu uang tiket, bahkan Tante saya Tan Tjen-Tjen yang memberi uang saku. Tentunya yang paling besar adalah orang tua saya yang mengajarkan kepada saya pahit manis kehidupan. ;)

Minggu ini, ketika saya sudah mulai magang di Diplomas Publik, saya berjalan sendirian di lorong pintu masuk. Terlintas di pikiran saya, kebaikan apa yang sudah saya lakukan hingga Tuhan memberikan segala kemudahan yang saya dapatkan saat ini.

Saya bahagia dengan apa yang saya miliki saat ini. 

Mintalah, maka kau akan diberi. Bermimpilah setinggi-tinggi nya karena mimpi itu tidak melanggar hukum. :))


Saya berharap bisa seperti Ban Ki Moon. 
Buat teman-teman yang ingin juga menjadi seorang Diplomat, semoga sabar menunggu hingga moratorium berakhir. Menjadi seorang diplomat adalah suatu kebanggaan. 
Semoga Tuhan memberi kemudahan bagi mereka yang sedang mengejar cita-citanya.


Best Regards.











Komentar